Minggu, 08 Agustus 2010

Dampak Tayangan Smack Down Terhadap Perkembangan Anak

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Seperti kita ketahui bahwa anak-anak senang sekali menonton TV. Mereka tidak segan-segan untuk duduk di depan kotak ajaib tersebut selama berjam-jam. Dalam sebuah penelitian anak-anak usia pra sekolah menunjukkan minat yang lebih besar pada TV ketimbang usia sekolah.

Sebabnya? Anak balita cenderung terbatas teman bermainnya dan lebih banyak tinggal dirumah. Namun hal ini cukup berbahaya bagi perkembangan karakter anak jika tidak terkontrol karena mereka jika melihat sesuatu langsung dimasukkan dan percaya tanpa dipilih-pilih. Mereka akan lebih mudah merekam hal-hal yang menyenangkan dan berlangsung terus menerus. Hal ini terjadi karena mereka tidak punya pengalaman, dan dalam benak mereka belum ada program penyaring.

Dalam makalah ini akan dibahas tentang bagaimana pengaruh tayangan televisi kepada anak khususnya pada program acara yang menjadi kontroversial di dalam masyarakat kita yaitu acara smack down.

B. Masalah

Adapun makalah yang disusun dalam makalah ini adalah:
1. Pengaruh tayangan televisi terhadap perkembangan anak.
2. Dampak dari tayangan televisi yang dikonsumsi oleh anak.
3. Dampak program acara smack down terhadap psikologis anak.

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Mendeskripsikan pengaruh tayangan televisi terhadap perkembangan anak sehingga kita sebagai mahasiswa akan terinspirasi untuk lebih selektif dalam menonton program televisi.
2. Mengetahui bagaimana program acara smackdown dapat mempengaruhi psikologis anak.




BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengaruh Tayangan Televisi Terhadap Perkembangan Anak

Seberapa besar pengaruh TV apakah baik atau buruk bagi perkembangan jiwa anak, hal ini ditentukan oleh jumlah bimbingan dan pengawasan terhadap anak yang menonton TV. Dan Orang terbaik yang melakukan hal ini adalah orang tua mereka sendiri. Dengan membimbing anak ketika menonton TV bukan hanya menjauhkan anak dari pengaruh buruk TV tapi juga dengan cara ini akan terbangun komunikasi yang baik antara anak dengan orang tuanya sehingga terbangun kedekatan anak dengan orang tua.


Sampai saat ini kita tahu bahwa sebagian besar tayangan Televisi berisi tentang kekerasan, perebutan harta, unsur-unsur yang meyentuh sisi pornografi dan pornoaksi, tayangan mistis, budaya hedonis, dll.


Jika anak-anak kita setiap hari disuguhi oleh tayangan tayangan tersebut maka tidak heran kalo kelak anak kita bukan saja menjadi orang orang yang tidak cerdas namun juga terganggu kepribadiannya.
Kalau rajin memperhatikan iklan cuplikan tayangan film, tentu unsur seks dan kekerasan itu besar porsinya. Apalagi dalam film laga yang memang menjual seputar kekerasan. Ambil contoh sinetron seri Jacklyn. Kekerasan digunakan dalam berbagai cara dalam promosi sebagai pengait untuk menarik pemirsa agar menonton program itu.
Seorang psikolog sosial mengamati, jenis film-film laga kepahlawanan (hero) selalu menarik perhatian dan disenangi anak-anak, termasuk balita, sehingga mereka tahan berjam-jam duduk di depan layar kaca. Diduga, selain menghibur, yang terutama bikin “kecanduan” ialah unsur thrill, suasana tegang saat menunggu adegan apa yang bakal terjadi kemudian. Tanpa itu, film cenderung datar dan membosankan.
Kekerasan yang ditayangkan di TV tak hanya muncul dalam film kartun, film lepas, serial, dan sinetron. Adegan kekerasan juga tampak pada hampir semua berita, khususnya berita kriminal. TV swasta di Indonesia terkadang lebih “kejam” dalam menggambarkan korban kekerasan, misalnya dengan ceceran darah atau meng-close up korban.


B. Dampak dari tayangan televisi yang dikonsumsi oleh anak.


Sebuah penelitian di California Selatan menemukan bahwa dalam studi dalam beberapa tahun terhadap 732 anak, konflik dengan orangtua, perkelahian sesame anak, dan kejahatan remaja ternyata erat kolerasinya dengan jumlah jam menonton TV.


Yang perlu diperhatikan lagi yaitu, hati-hati bagi anak yang sejak dini selama bertahun-tahun menonton tayangan mistis karena hal ini kelak akan sangat berpengaruh pada kepribadian anak. Anak akan tumbuh menjadi orang yang selalu ketakutan dan kelak ketika dewasa ia akan mengambil keputusan hanya mengandalkan emosinya saja karena tayangan tersebut menyebabkan neokorteks dalam otak anak menjadi tumpul. Dampak lainnya jika anak lebih sering menggunakan waktunya untuk menonton tv adalah akan mengurangi kemampuannya untuk menyenangkan diri sendiri dan melumpuhkan kemampuannya untuk mengemukakan pendapatnya secara logis dan sensitif. Karena tontonan televisi menggantikan kegiatan bermain yang aktif dengan bersikap pasif. Padahal dengan permainan yang baik kerja syaraf motorik dan sensorik akan terangsang sehingga akan meningkatkan kemampuan fisik, kemampuan berbahasa dan kemampuan anak berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, berusaha saling memberi. Selain isi dari acara televisi yang harus kita waspadai adalah iklannya itu sendiri. Karena iklan akan membangun budaya konsumtif dalam diri anak dan bersikap boros.

Di Indonesia belum ada penelitian mengenai pengaruh tayangan kekerasan terhadap perilaku anak. Ini tentu membuat semakin sulit untuk mengatakan bahwa tayangan televisi berpengaruh terhadap perilaku anak. Sementara, meski masih simpang siur, peneliti di luar sudah menyimpulkan ada korelasi – untuk tidak menyebut penyebab – antara tayangan kekerasan dengan perilaku anak. Sebuah survai pernah dilakukan Christian Science Monitor (CSM) tahun 1996 terhadap 1.209 orang tua yang memiliki anak umur 2 – 17 tahun. Terhadap pertanyaan seberapa jauh kekerasan di TV mempengaruhi anak, 56% responden menjawab amat mempengaruhi. Sisanya, 26% mempengaruhi, 5% cukup mempengaruhi, dan 11% tidak mempengaruhi.

Hasil penelitian Dr. Brandon Centerwall dari Universitas Washington memperkuat survai itu. Ia mencari hubungan statistik antara meningkatnya tingkat kejahatan yang berbentuk kekerasan dengan masuknya TV di tiga negara (Kanada, Amerika, dan Afrika Selatan). Fokus penelitian adalah orang kulit putih. Hasilnya, di Kanada dan Amerika tingkat pembunuhan di antara penduduk kulit putih naik hampir 100%. Dalam kurun waktu yang sama, kepemilikan TV meningkat dengan perbandingan yang sejajar. Di Afrika Selatan, siaran TV baru diizinkan tahun 1975. Penelitian Centerwall dari 1975 – 1983 menunjukkan, tingkat pembunuhan di antara kulit putih meningkat 130%. Padahal antara 1945 – 1974, tingkat pembunuhan justru menurun (Kompas, 20-3-1995).
Centerwall kemudian menjelaskan, TV tidak langsung berdampak pada orang-orang dewasa pelaku pembunuhan, tetapi pengaruhnya sedikit demi sedikit tertanam pada si pelaku sejak mereka masih anak-anak. Dengan begitu ada tiga tahap kekerasan yang terekam dalam penelitian: awalnya meningkatnya kekerasan di antara anak-anak, beberapa tahun kemudian meningkatnya kekerasan di antara remaja, dan pada tahun-tahun akhir penelitian di mana taraf kejahatan meningkat secara berarti yakni kejahatan pembunuhan oleh orang dewasa.
Penemuan ini sejalan dengan hasil penelitian Lembaga Kesehatan Mental Nasional Amerika yang dilakukan dalam skala besar selama sepuluh tahun. “Kekerasan dalam program televisi menimbulkan perilaku agresif pada anak-anak dan remaja yang menonton program tersebut,” demikian simpulnya. Sedangkan Ron Solby dari Universitas Harvard secara terinci menjelaskan, ada empat macam dampak kekerasan dalam televisi terhadap perkembangan kepribadian anak. Pertama, dampak agresor di mana sifat jahat dari anak semakin meningkat; kedua, dampak korban di mana anak menjadi penakut dan semakin sulit mempercayai orang lain; ketiga, dampak pemerhati, di sini anak menjadi makin kurang peduli terhadap kesulitan orang lain; keempat, dampak nafsu dengan meningkatnya keinginan anak untuk melihat atau melakukan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan.

C. Dampak program acara smack down terhadap psikologis anak.

Sejarah smack down
Vince McMohan adalah orang yang mempunyai ide untuk membuat tayangan smackdown. Yang ada dipikirannya hanyalah terbayang untuk mendapatkan banyak uang dan popularitas. Hingga ia memproklamasikan acara gulat pura-pura pada 29 april 1999. terbukti, uang dan popularitas akhirnya benar-benar diraih olehnya. Ia juga pernah mempertarungkan petinju Muhammad Ali dengan pegulat Jepang, Antonio Inoki.

Smackdown sebenarnya terinspirasi dari tayangan World Championship Wrestling (WCW) Thunder yang muncul di TV kabel TBS pada 1988. baru pada tanggal 29 april 1999 World Wrestling Federation (WWF) membuat smackdown. Untuk melengkapi kesuksesan smackdown, pada Februari 2000, Toy Headquarters membuat sembilan seri game smackdown.


Smackdown begitu terkenal di Indonesia. Tidak jarang penggemarnya (terutama anak-anak) mengikuti gaya pura-pura dari bintang-bintang smackdown seperti John Cena, Rey Mysterio, Stone Cold, dan juga Kent. Adegan-adegan smackdown sudah begitu terkenal di berbagai media elektronik di Indonesia. Tidak hanya di stasiun televisi saja. Tetapi juga sudah banyak game-game smackdown yang beredar di pasaran. Akhir-akhir ini stasiun televisi yang menayangkan smackdown yaitu Lativi. Namun pada kenyataannya acara ini juga pernah ditayangkan pada tahun 2000 silam oleh RCTI dan TPI.

Smackdown tidak hanya tenar di Indonesia, tetapi hampir di seluruh dunia. Di Amerika, Eropa, dan Asia, smackdown begitu populer. Bahkan di Italia pemandangan sepak bola jalanan telah berganti dengan latihan meniru gerakan para pegulat, kendati secara reguler pihak TV selalu mencantumkan “jangan mencoba melakukannya di rumah”. Oleh karena itu, kecaman Lippi bagi pecinta sepak bola dianggap sebagai peringatan dini. Del piero, Totti, atau pahlawan Italia di piala dunia 2006, Marco Materazzi, adalah produk lokal yang dibina sejak kecil. Namun pada kenyataannya, tayangan smackdown telah menelikung dan meracuni benak bocah-bocah Italia.
Dampak Smackdown Terhadap Psikologis Anak-anak berupa seorang anak di bandung tewas diduga telah dismackdown oleh teman mainnya. Akhirnya salah satu TV swasta langsung divonis sebagai biang keladi kekerasan anak yang lakukan akibat acara smackdown yang ditayangkannya. Berbagai pihak akhirnya mengultimatum agar acara ini dihapus alias tidak ditayangkan lagi. Ultimatum ini tentunya bukan tanpa dasar yang jelas.
Berikut ini merupakan data yang berhasil didapat yang termuat dalam buletin studia edisi 319/tahun ke-7(11 september 2006):

1. Reza Ikhsan Fadillah, 9 tahun, siswa SD Cingcing 1 Ketapang, Soreang, Bandung (meninggal 16 november 2006),

2. Angga Rakasiwi (11 th), siswa SD 7 Babakan Surabaya (dijahit lima jahitan di kening),

3. Fayza Raviansyah (4 tahum 6 bulan), siswa TK Al-Wahab Margahayu, Bandung (luka, muntah darah),

4. Ahmad Firdaus (9), siswa kelas III SD 7 Babakan Surabaya (pingsan),
5. Nabila Amal (6 tahun 6 bulan), siswa kelas I SD Margahayu Raya 1, Bandung (patah tulang paha),

6. Mar Yunani, siswa kelas III SD Wates Kulonprogo, Yogyakarta (gagar otak),

7. Yudhit Bedha Ganang (10), siswa kelas V SDN 5 Duren Tiga, Jakarta Selatan (luka pada kepala dan kemaluan).

Ini merupakan hal yang tidak bisa dianggap sepele. Dimana sudah banyak korban yang di akibatkan acara smackdown ini. Ini merupakan data-data yang dilaporkan. Mungkin masih ada lebih banyak lagi korban-korban yang berjatuhan akibat acara ini yang masih belum dilaporkan. Tidak hanya para orang tua korban, Bupati Wonogiri, Jawa Tengah, Begug Purnomosidi, juga menerbitkan larangan tayangan kekerasan smackdown di televisi. Bahkan Komisi Nasional Perlindungan Anak juga malah menuntut WWE agar bertanggung jawab atas program yang dibuatnya.

McLuhan seorang ahli psikologi komunikasi berpendapat bahwa manusia berhubungan dengan televisi sudah tidak hanya melihat atau menonton lagi, tapi sudah terlibat didalamnya. Ditambah dengan kemajuan teknologi sekarang dan berbagai permainan yang berbau kekerasan. Prilaku anak dapat dijerumuskan dalam tayangan atau game yang lebih melibatkan imajinasi, ilusi, dan impresi anak secara langsung.

Prilaku imitative atau meniru sangat menonjol pada anak-anak. Permasalahan ini diperparah karena kemampuan berpikir anak-anak yang masih sederhana. Maka cenderung berfikir apa yang ada di televisi adalah yang sebenarnya. Anak-anak masih sulit membedakan antara yang fiktif dan nyata. Anak-anak juga masih sulit membedakan antara yang baik sesuai norma dan etika, agama dan hukum.

Ron Solby dari Universitas Hardvard secara terperinci menjelaskan beberapa dampak kekerasan dalam televisi. Diantaranya terhadap dampak agresor anak. Dampak lainnya anak menjadi penakut dan semakin sulit mempercayai orang lain. Dampak pemerhati, anak kurang peduli terhadap kesulitan orang lain. Dampak nafsu adalah meningkatnya keinginan anak untuk melihat atau melakukan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan.


Menurut Aletha Huston, Ph.D dari University of Kansas, anak-anak yang menonton kekerasan di TV lebih mudah dan lebih sering memukul teman-temannya. Tak mematuhi aturan-aturan kelas, membiarkan tugas tidak selesai, dan lebih tidak sabar dibanding teman-temannya yang tidak menonton kekerasan di TV.

Dari berbagai pernyataan diatas jelaslah bahwa smackdown merupakan sebuah tontonan yang dapat mempengaruhi kejiwaan anak-anak. Karena smackdown merupakan adegan yang mempertontonkan kekerasan. Dan juga diperparah lagi karena dalam adegan smackdown tidak jarang ditemui adegan saling umpat dan ejek. Karena pada dasarnya tontonan ini merupakan tontonan yang paling banyak adegan mengumpat, mengejek dan saling pukul. Maka jikalau anak-anak menonton adegan ini maka secara lambat laun rusaklah moral anak tersebut.




BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat saya berikan pada penulisan makalah ini yaitu:

1. Tayangan televise mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan anak.

2. Peran orang tua sangant dibutuhkan dalam hal mendidik dan membina mental anak – anak karena kegiatan social pertama yang mereka terima adalah berasal dari orang tua.


3. Sebagai mahasiswa kita perlu mencermati bahwa setiap proses penyampaikan pesan kepada khalayak sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan diri sehingga diharapkan nantinya mahasiswa akan lebih selektif dalam hal memilih program acara yang ingin di tonton.

4. Perilaku kekerasan yang terjadi oleh anak dapat disebabkan oleh tayangan televise.


5. Program acara smack down dapat menimbulkan dampak yang besar bagi perkembangan psikologis anak sehingga tidak jarang bahwa dampak terburuk dari semua itu adalah kematian.




DAFTAR PUSTAKA
Dari elektronik:
http://www.pks-jaksel.or.id/Article939.html Disampaikan pada acara Pos Keluarga Keadilan, Petukangan Utara, Juli 2006.
http://yumizone.wordpress.com/2009/01/17/dampak-tayangan-film-kekerasan-pada-anak/ Posted on Januari 17, 2009 by yumizone
http://edykurnia.wordpress.com/2007/12/19/pengaruh-smackdown-terhadap-psikologis-anak-anak/
Sumber-Sumber Bacaan
1. http://www.kompas.com (Smackdown Pun Meresahkan Italia!), Jum’at, 15 Desember 2006,

2. http://www.tempo-interaktif.com (Tiru Gaya Smackdown, Dua Murid Patah Tulang), Sabtu, 02 Desember 2006,

3. http://www.tempo-interaktif.com (Komnas Minta Tanggung Jawab WWE), Jum’at, 01 Desember 2006,

4. http://www.tempo-interaktif.com (Bupati Wonogiri Edarkan Larangan Menonton Smackdown) Jum’at, 01 Desember 2006,

5. http://pdpersi.co.id (”Smackdown” Biangnya Kekerasan Anak?), Rabu, 29 November 2006,

6. http://www.mediaindo.co.id (EDITORIAL: Korban Smackdown), Rabu, 29 November 2006,

7. http://www.e-psikologi.com (Faktor Penyebab Prilaku Agresi), Jakarta, 10 Juni 2002,
8. http://www.dudung .net (Jagoan-Jagoan Yang Berbahaya), 20 Juli 2001,
9. http://www.buletinstudia.multiply.com (Bukan Cuma Smackdown), 11 Desember 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

it`s me

it`s me

Laman